Minggu, 04 April 2010

Tsunami (bahasa Jepang: 津波;
tsu = pelabuhan, nami =
gelombang, secara harafiah
berarti "ombak besar di
pelabuhan") adalah perpindahan
badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh
gempa bumi yang berpusat di
bawah laut, letusan gunung
berapi bawah laut, longsor
bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang
tsunami dapat merambat ke
segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang
tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan
500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat
terbang. Ketinggian gelombang
di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh
kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati
pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami
bisa masuk hingga puluhan
kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang
terjadi karena Tsunami bisa
diakibatkan karena hantaman air
maupun material yang terbawa
oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang
diakibatkan tsunami adalah
merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-
tumbuhan, dan mengakibatkan
korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan
pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama
Thucydides merupakan orang
pertama yang mengaitkan
tsunami dengan gempa bawah
lain. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai
penyebab tsunami masih sangat
minim. Penelitian masih terus
dilakukan untuk memahami
penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan
oseanografi di masa lalu
menyebut tsunami sebagai
"gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis,
seperti badai tropis, dapat
menyebabkan gelombang badai
yang disebut sebagai
meteotsunami yang
ketinggiannya beberapa meter
diatas gelombang laut normal.
Ketika badai ini mencapai
daratan, bentuknya bisa
menyerupai tsunami, meski
sebenarnya bukan tsunami.
Gelombangnya bisa
menggenangi daratan.
Gelombang badai ini pernah
menggenangi Burma (Myanmar)
pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra
Pasifik memiliki Pacific Tsunami
Warning Centre (PTWC) yang
mengeluarkan peringatan jika
terdapat ancaman tsunami pada
wilayah ini. Wilayah di sekeliling
Samudera Hindia sedang
membangun Indian Ocean
Tsunami Warning System
(IOTWS) yang akan berpusat di
Indonesia.
Bukti-bukti historis
menunjukkan bahwa
megatsunami mungkin saja
terjadi, yang menyebabkan
beberapa pulau dapat tenggelam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar